Gedung Pendidikan – Covid-19 adalah wabah yang pernah menyerang dunia, tak luput juga negara kita, negara Indonesia. Ketika wabah terebut merajalela banyak kegiatan-kegiatan yang diubah waktunya. Saat terjadi wabah tersebut masyarakat dibatasi dalam berinteraksi. Begitu juga sekolah yang juga dibatasi dalam kegiatan belajar mengajarnya.
Saat wabah Covid-19, sekolah-sekolah yang awalnya menggunakan sistem pembelajaran secara tatap muka diganti menjadi daring. Begitu juga yang terjadi di Pondok Pesantren Darussalam, tetapi karena lingkupanya pondok yang mana santri tidak diperbolehkan membawa handphone maka Pondok Pesantren menggantinya menjadi sistem shift ganti. Setelah wabah tersebut selesai, sistem sekolah, otomatis juga kembali normal juga.
Pondok Pesantren Darussalam juga turut tak ketinggalan menyambut hal tersebut, kemarin Minggu (03/09) sistem pembelajaran sekolah di Ponpes Darussalam sudah kembali normal yang asalnya hanya 4 jam Pelajaran menjadi 8 jam pelajaran. Pembelajaran normal tersebut diperuntukkan untuk seluruh siswa di semua unit Yayasan Pondok Pesantren Darussalam meliputi; SMP, MTs, MA, SMA, SMK dan juga Muadalah.
Ketua Yayasan Pondok Pesantren Darussalam Bapak Anas Saeroji mengatakan, “Awalnya pembelajaran normal akan dilangsungkan bulan Juli kemarin”. Bulan juli adalah target awal sekolah di Ponpes Darussalam bisa normal, tetapi karena faktor alam yang tidak mendukung menyebabkan gedung baru mundur selesainya. Gedung baru tersebut terletak di dekat-nya rusunawa agak jauh dari GP utama. Dikarenakan penyelesaian gedung yang mundur, menyebabkan sekolah kekurangan lokal untuk tempat mereka belajar yang mana siswa Pondok Pesantren Darussalam ini sangat banyak.
Sebelum pembelajaran normal yakni ketika masih pembelajaran menggunakan shift pertama untuk laki-laki dan shift kedua untuk perempuan Jam aktif mereka hanya 4 jam saja yang itu bisa dikatakan kurang maksimal. Pemilihan jam shift ini dipilih daripada sistem daring dikarenakan selain karena hp yang tidak bisa digunakan para siswa, juga karena ketika menggunakan fotokopi tugas biayanya terbilang boros. “Dulu disini tidak dikatakan sekolah tapi ngaji” ucap Bapak Anas Saeroji. Dulu ketika masih menggunakan jam shift ganti, sekolahnya tidak dikatakan sekolah tapi mengaji, karena Menteri Kesehatan yang tidak diperbolehkan ketika masa pandemi adalah sekolah tapi mengaji diperbolehkan.
Sekolah Normal ini dilakukan “agar semua bidang study bisa diampus sesuai alokasi waktu dan bisa dipelajari sesuai target” lanjut Bapak Anas Saeroji. Target sekolah adalah siswa dapat mempelajari sesuai target, tidak hanya setengah-setengah saja, dengan sekolah normal materi yang akan diajarkan dapat dipelajari seluruhnya.
Untuk mempersiapkan sekolah normal tersebut Yayasan menyiapkan berbagai kebutuhan meliputi; Sarpas Gedung, papan tulis, dan 2 jadwal yang terdiri dari jadwal shift dan juga jadwal normal. Jadi meskipun sekolah masih menggunakan jam shift ganti, tetapi jadwal ketika sudah normal sudah dibuat jauh-jauh hari juga. Selain itu Yayasan juga melakukan sosialisasi terhadap semua steakholder terkait agar sekolah normal dapat berjalan lancar.
Kendala yang saat ini masih ada yakni terdapat kelas yang masih belum mendapatkan bangku, masih ada siswa yang terlambat, dan yang terakhir yakni jauhnya Gedung baru yang akan digunakan kelas untuk SMK dan MTs. Gedung baru tersebut dinamakan GP VII, diurutkan mulai dari GP I diatas kantor aliyyah, GP II diatas kantor SMP, GP 3 kantor SMK ke timur, GP IV gedung abu-abu, GP V atas BIRO Keuangan, GP VI diatas Gedung AKD lama, dan terakhir GP VII yang sekarang menjadi Gedung baru. Total ruang kelas yang terdapat di GP VII berjumlah 43 kelas dihitung mulai dari lantai 1 sampai dengan lantai 4.
“Istirahat boleh pulang ke pondok” lanjut Bapak Anas Ketika ditanya persoalan kantin. Ketika Istirahat tiba yakni setelah KBM jam ke-4 siswa boleh pulang ke pondok, setelah melakukan evaluasi di sekolah, ternyata kantinya tidak mencukupi untuk melayani siswa yang jumlahnya sangat banyak sekali. Selain karena pertimbangan kantin, kamar mandi yang tidak mencukupi juga turut menjadi pertimbangan dari Yayasan untuk boleh memulangkan ke pondok ketika jam istirahat.
Untuk memenuhi kebutuhan pangan para siswa yang berada di pondok, Yayasan sudah mempertimbangkanya bersama pengurus Jasa Boga. “Jadi kos ketika pukul setengah 7 kos sudah siap semua”lanjut Bapak Anas, tetapi karena siswa molor dalam pengambilan kos makan tersebut membuat waktu berangkat sekolah menjadi terlambat.
Harapan kedepan dari pak Anas di sekolah normal ini dapat meniru sistem yang ada di pondok API Tegalrejo, karena disana murid dan guru bisa disiplin berangkatnya tanpa harus dioprak-oprak. Dan selain itu dengan sekolah normal ini semua target Pendidikan kurikulum bisa tercapai. (Nzf)