PENTAS 3 – Ihya’ Ulumuddin adalah kitab yang dikaji di pondok pesantren Darussalam blokagung setiap pagi dan sore hari oleh dewan pengasuh. Dalam rangka memeriahkan haflah akhirussanah pondok pesantren Darussalam Blokagung, maka panitia haflah mengadakan berbagai macam Lomba salah satunya Mutsabaqoh Qiroatul Kutub (MQK) Ihya’ Ulumuddin. Peserta lomba merupakan utusan dari setiap asrama yang mengutus 1 warganya.

Lomba baca kitab ihya’ ulumuddin tidak mematok peserta mengenai kelas diniyyah, bahkan ketika perlombaan terdapat salah satu asrama yang mengutus warganya yang masih kelas 4 ula. Perlombaan dilaksanakan kemarin malam (03/03) yang bertempat di pentas 3 madrasah barat lantai 2 bagian utara.

Dewan juri lomba MQK Ihya’ Ulumuddin ada 2 orang yakni ustaz Ulul Azmi yang juga sebagai koordinator lomba & ustaz Tijan Abrori yang merupakan wakil dari Lajnah Taftisy Ihya’ dan Tafsir (LTIT). Lomba MQK Ihya’ ini beda dari perlombaan MQK lainnya pasalnya peserta boleh membawa kitab nya sendiri, sehingga peserta dengan mudah membaca tulisannya ketika mengikuti perlombaan.

Para peserta wajib memakai baju putih, sarung hijau dan memakai jas bebas ketika perlombaan dan peserta diberi kesempatan waktu maksimal 7 menit untuk pembacaan maqro’ sekaligus pertanyaan dari dewan juri. Maqro’ yang diujikan adalah kitab ihya’ juz 2. ”Dikarenakan kitab ihya’ juz 2 ini sedikit terdapat ihtilaf (perbedaan) pendapat “tutur ustaz Ulul Azmi selaku koordinator lomba. Untuk baba yang diujikan adalah al qismul awwal sampai al qismus tsalis.

Antusiame peserta lomba ini cukup baik mengingat lomba ini baru pertama kali diadakan. Para peserta antusias dalam perlombaan, peserta lomba ada yang belajar seminggu sebelum lomba, 3 hari sebelum lomba bahkan ada yang 2 jam sebelum lomba. MQK ihya’ terdiri dari 2 babak yakni babak penyisihan dan babak final, kemarin malam hanya babak penyisihan yang diambil 5 finalis terbaik. Final MQK ihya’ dilaksanakan pada malam selasa besok di pentas 1 (depan masjid). Para peserta diharapkan setelah diadakan lomba ini menjadi semakin semangat mengaji dan menghilangkan mindset mereka bahwa ihya’ itu sulit. (Nzf)