AULA MUKHTAR SYAFAAT(A4)-Media adalah salah satu jalan penyebaran dakwah islam yang saat ini sangat diterapkan oleh para santri – santri yang ada di Indonesia salah satunya DDS (Duta Damai Santri) mereka menggunakan metode penyampaian dakwah islam lewat media ataupun website yang mereka miliki dan bertujuan untuk menggelorakan pesan perdamaian kepada dunia, dan juga ingin menciptakan iklim damai dimedia sosial di karenakan banyaknya pemahaman radikalisme yang telah menyebar ke seluruh pelosok Indonesia, entah itu penyebaran secara langsung maupun lewat media sosial. DDS ada untuk membantu jalannya dakwah islam di Negri kita tercinta ini.

Pada kegiatan Rihlah duta damai santri (DDS) ke pondok pesantren Darussalam Blokagung kemarin, mereka membawa 4 anggota laki – laki dan 1 anggota perempuan yang bernama Mas Fuad, Mas Zaim Ibrahim, Mas M. Nur Alfatih dan 1 orang Alumni lirboyo untuk laki – laki dan Mbk Anis Faikatul Jannah yang dulunya pernah mondok di Pesantren Darussalam Blokagung selama 3 tahun dan pernah mengukirkan karyanya dalam kertas FENOMENA dengan nama pena (Aisyah Imbir) beliau mengatakan, ‘’sebelum tidur rasanya kurang bila saya tidak menulis terlebih dahulu ’’. Maka dari itulah sebab kebiasaannya yang baik tersebut beliau sekarang menjadi jurnalis terkenal di Era 2023. Bukan kali pertama mereka menginjakkan kaki di bumi Darussalam melainkan kali ke 2 setelah sebelumnya datang Bersama KSEI (Kelompok Seni Ekonomi Islam) pada tahun 2017 lalu.

Duta Damai Santri atau yang sering disebut DDS ini berada dibawah naungan BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) dan memilih 10 macam pondok pesantren yang ikut andil di dalamnya baik itu dalam segi dakwah secara langsung maupun penyebaran dakwah melalui media sosial. 10 Pesantren tersebut ialah 1. Tebuireng (Diwek Jombang), 2. Darul Ulum (Jombang), 3. Bahrul Ulum (Tambak Beras), 4. Sidogiri Sukorejo (Keraton Pasuruan), 5. Salafiyah Safiiyah (Diwek Jombang), 6. Lirboyo (Jombang), 7. Anuqoyah (kulu – kulu ), 8. Salafiyah Seblak (Diwek Jombang), 9. Langitan (Tuban), dan yang terakhir ialah Darussalam Blokagung (Banyuwangi). Dan 10 pesantren tersebut langsung dipilih oleh BNPT.

Pada acara Rihlah DDS ke Pondok Pesantren Darussalam Blokagung mereka juga mengadakan forum sharing agar supaya ikatan atau jalinan hubungan antara mereka dan pondok pesantren Darussalam bisa terjalin lebih erat dan bisa menambah wawasan para santri. Terdapat 2 orang yang mengisi sambutan forum sharing, yakni Mas Fuad (Salafiyah Safiiyah) dan Mbak Anisatul faikotul Jannah (Blokagung) dan mereka memaparkan tentang perubahan media dari zaman ke zaman dan juga berisikan motivasi motivasi Mutiara meraka yang berupa sebagai berikut:
Mas Fuad (Salafiyah Safiiyah) “5 point zero adalah Era digital for human dan kalau 4 point zero itu ialah Moving from tradisional to digital,” “yang membedakan keduanya adalah sebuah inofasi baru atau kerap disebut The New Imitation”. Beliau juga berkata “cara yang paling baik untuk menciptakan sebuah karya adalah dengan cara ATM (Amati Tiru Modifikasi)”. Dan juga beliau mengucapkan “Latihan seorang penulis adalah dengan selalu membaca” beliaupun merekomendasikan buku yang layak untuk dibaca dan berisikan ideologi ideologi terbuka.

Anis Faikotul Jannah, Sebagaimana yang kita tahu beliau adalah seorang jurnalis terkenal di era kita sekarang ini, dan rahasia beliau telah beliau sebutkan dalam pemaparan beliau kali ini yakni berupa :
“Permasalahan kebanyakan orang adalah takut dan malu untuk menunjukkan karyanya kepada public, padahal tidak ada karya yang diawali dengan kata – kata bagus. Jadi bisa disimpulkan bahwa karya awal setiap orang wajar saja kalau jelek justru dari kejelekan itulah kita bisa mengoreksi diri kita menjadi lebih baik lagi”.

-“Segala sesuatu akan dilalui dengan mudah apabila adanya rasa percaya diri yang kuat dengan apa yang ia lakukan”.
-“Jika kita memiliki sebuah mimpi maka kita harus membentuk sebuah fondasi, baru setelah itu kita perjuangkan”. Beliau juga memiliki Motto “RAGAKU BOLEH MATI TAPI TIDAK DENGAN KARYAKU”.

Setelah banyaknya pemaparan yang disampaikan oleh para Tokoh Duta Damai Santri (DDS) ini sampailah pada sesi tanya jawab beliau – beliau membuka sesi pertanyaan untuk 2 santri putra, dan 1 santri putri yakni M. Maulana Risqi Abadi dan Nasrul Eka Ramadani untuk laki – laki dan Amira Zakia dengan pertanyaan sebagai berikut 1. Bagaimana cara memahami frasa atau kata yang sulit untuk dipahami oleh orang awam?. 2. Bagaimana cara menyebarkan atau mensyiarkan hasil maukufah atau bahstu masail lewat media santri untuk masyarakat luas? Dan yang terakhir Apakah DDS ini hanya sekedar mempromosikan dan ingin kami hanya sekedar tahu tentang DDS atau ada Langkah selanjutnya misalnya berupa workshop?.

Beliau – beliau ini menjawab “1.Bukan saat kamu baca saat itu juga kamu akan paham, memang membaca itu butuh kebiasaan caranya cari 1 buku yang membuatmu nyaman dengan buku itu dan lebih baik lagi cari 10 buku dan target khatam bukan target kepahamannya karena kepahaman itu sendiri akan muncul ketika kita membutuhkannya dikarenakan seringnya kita dalam membaca, karena didalam otak kita itu 20% pengetahuan dan 80% alam bawah sadar”. “2.Al – Khawarijme adalah penemu angka 0, tapi penemuannya tetap dikenang oleh masyarakat. Pada intinya buatlah suatu karya dengan bahan yang sudah lama tapi dirubah ke Bahasa yang kekinian itu akan memudahkan masyarakat luas menerima karya – karya kalian”. dan yang terakhir “ Tidak. Kami akan terus menggelorakan pesan perdamaian dimanapun itu dan Insyaallah Blokagung akan menjadi tempat workshop kami selanjutnya setelah Anuqoyah, do’akan saja semoga selanjutnya berada di Blokagung”. Dan pada akhir acara ditutup dengan ulang tahun Mas Fuad yang ke 25 tahun dan dirayakan sedemikian rupa dengan perasaan gembira. Ia mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kemudian diakhiri dengan foto Bersama oleh para santri – santri yang ada di tempat tersebut. (EKA)