RUANG A.04 – Lagi lagi pondok pesantren Darussalam kedatangan seorang ulama’ besar yang bertempat tinggal di luar negara Indonesia, yaitu syekh Muhammad Sadli Musthofa dari Damaskus Surya. Beliau sering berkunjung ke Indonesia untuk menghadiri berbagai seminar atau sekedar silahturahmi dan pada hari Rabu tanggal (02/08) lalu, beliau beserta rombongannya yang berjumlah 6 orang, berkunjung di pondok pesantren Darussalam untuk menghadiri acara seminar Dauroh Ushul Fiqih sekaligus menjadi pemateri dalam acara seminar tersebut. Acara tersebut diikuti oleh seluruh talamidz madrasah diniyyah Al Amiriyyah kelas 1-2 Ulya baik putra maupun putri.
Dalam acara ini beliau ditemani oleh satu orang penerjemah dikarenakan beliau menyampaikan materi dengan bahasa Arab. Berbeda dengan kunjungan-kunjungan sebelumnya, biasanya penerjemah akan mengartikan satu per satu kata yang keluar dari orang yang diterjemahkan. Berhubung kunjungan kali ini bertemakan seminar maka sang penerjemah menunggu sang pemateri berbicara beberapa poin, kemudian penerjemah akan mengambil pokok- pokok poin yang disampaikan syekh Muhammad Sadli lalu menerangkan ulang. Di dalam acara seminar tersebut beliau menyelipkan beberapa nasehat-nasehat. Salah satu nasehat beliau adalah himbauan agar semua santri bisa berbahasa Arab, karena penting nya bahasa Arab dan karena bahasa Arab adalah bahasa surga.
Awal mula beliau mengetahui pondok pesantren Darussalam didasari oleh beliau yang mempunyai saudara di Indonesia, yang kebetulan ternyata saudaranya tersebut merupakan salah satu teman dari Agus H. Muhammaddun Aslam. Sebelum berkunjung di pondok pesantren Darussalam beliau terlebih dahulu mengunjungi salah satu pondok pesantren yang ada di Lateng. Setelahnya barulah beliau berkunjung ke pondok pesantren Darussalam. Beliau lalu melanjutkan kunjungannya di pondok Mabadiul Ikhsan, sebuah pesantren yang diasuh oleh Bpk. Azwar Anas, seorang mantan wali kota banyuwangi.
Ketua panitia dari acara ini adalah Bpk. Dimas Arisandi yang dibantu oleh beberapa pengurus pesantren. “Acara seminar tersebut berjalan dengan lancar, tapi satu kendala dari teman teman yaitu kurang terbiasa dengan metode penyampaian penerjemah”, ujar bapak Dimas Arisandi. (HIL)