nbspnbspnbspnbspnbspnbspnbspnbspnbspnbspnbspnbspnbspnbspnbspnbspnbspnbspnbspnbspnbspnbspnbspnbspnbspnbspnbspnbspnbspnbspnbspnbspnbspnbspnbspnbspnbspnbspnbspnbspnbspnbspnbspnbspnbspnbspnbspnbspnbspnbsp Tumpengan Mayoran Santri!Apa jadinya jika orang yang jarang makan enak bertemu makanan enak ? itulah yang dirasakan santri P.P Darussalam Blokagung betapa senangnya mereka jika harus berurusan dengan makanan enak plus rame-rame bagaikan parade Drumbend yang hanya bisa di rasakan selama satu tahun sekali.Berikut catatan Rifqi Fauzi yang ikut makan bareng.hr br kamis mlam kemarin (212) Pondok Pesantren Darussalam Blokagung bergemuruh. Terlebih setelah pembacaan manaqibul akbar dalam memperingati Haul Syeikh Abdul Qodir Al-Jeilani. Makan… Itulah teriakan dari beberapa santri yang saling berkerumun di depan tumpeng masing-masing mulai dari halaman depan masjid hingga depan kantor keamanan dan untungnya tidak sampai di depan ndalem KH. Ahmad Hisyam Syafaat. Sampersquo depan ndalem yo nggarsquo popo kan yai Hisyam tesersquo umroh…. (sampai di depan ndalem ya tidak apa-apa kan yai Hisyam sedang umrah) Celetuk ngawur kang santri dengan senyum polosnya.br Sebuah ritual penting bagi santri Dablosingkatan dari PP Darussalam Blokagung untuk memperingatiHaul Syeikh Abdul Qodir Al-Jeilani diharap setiap kamar dan asrama saling mengkreasi membuat tumpeng masing-masing dan disantap serempak tepat setelah pembacaan manaqibul akbar. Namun yang terlihat bukan selayaknya tumpeng pada umumnya yang berbentuk kerucut tapi faktanya hanyalah setalam nasi bisa berupa nasi putih biasa atau nasi kuning dengan ditambah dengan lauk yang super mjewah untuk kalangan santri. sarsquojane intine bukan tumpengan tapi mayoran.. celetuk kang Mukhtar yang biasa dipanggil kang Hap oleh beberapa kawannya kala itu dan tidak mengerti sedang diwawancarai.br Tidak berakhir di perantaran masjid ar-roudhoh bahkan asrama-asrama pun menjadi restoran tumpeng serta berlanjut sampai tempat terpencil seperti belakang asrama KBS ikut meramaikan suasana. Sebenarnya dulu para warga sekitarlah yang membawa makanan masing-masing kedalam pondok namun itu sudah berubah menjadi tumpengan. Sebenarnya dalam pembuatan kakung (ayam bakar utuh) ada beberapa ketentuan.br Namun acara yang dilakukan satu tahun sekali itu masih menyisakan bekas untuk para santri. Mulai dari perut yang kenyang hingga harus dikeluarkan beberapa di antaranya yang tersisa di dalam perut. Disamping itu sisi jeleknya adalah sampah yang masih berserakan di depan halaman masjid.(rif) nbspnbspnbsp1)