Kegiatan Lalaran Malam Selasa Sangat Ramai
Bius Sebagian Santri Yang Menonton
Waktu terkadang membuat seseorang mengingat suatu hal yang menjadi tanggung jawabnya. Sama halnya seperti apa yang dirasakan oleh sejumlah santri Pon Pes Darussalam yang mempunyai banyak tanggungan yang harus mereka penuhi. salah satunya adalah hafalan yang menjadi syarat mutlak kenaikan kelas Diniyyah.
Catatan: Wan Ahmad
Beberapa saat seusai jama’ah sholat maghrib, terdangar bell yang sudah tak asing lagi terdengar di telinga ribuan santri Darussalam. Apalagi kalau bukan bell lalaran mukhafadoh yang rutin diadakan setiap malam Selasa setelah maghrib. Meski beberapa kegiatan banyak yang dirubah, justru jam kegiatan lalaran tidak ikut dirubah, alias tetap. Mulai dari ujung asrama paling barat sampai ujung timur yang terdengar hanyalah lantunan musik dari derigen bekas dan icik-icik yang mengiringi nadhom demi nadhom yang di lantunkan oleh para santri.
Seperti biasanya lalaran diadakan seluruh santri Madrasah Diniyyah Al-Amiriyyah dengan dibagi per masing-masing kelas. Namun lain halnya dengan apa yang dilakukan oleh siswa kelas satu Wustho yang terdiri dari empat kelas. Mereka justru bergerumbul menjadi satu kelompok. Ada hampir sekitar 80 siswa yang berkumpul malam itu. Sehingga masjid lantai satu sebelah barat, tempat dimana mereka mengikuti kegiatan lalaran begitu ramai. Kegiatan seperti ini bukan kali pertama mereka lakukan, tapi juga pada malam-malam Selasa sebelumnya. Kegiatan lalaran tersebut digabung adalah untuk memudahkan pengurus Madrasah Diniyyah Al-Amiriyyah dan mustahiq untuk bisa mengontrol para siswa kelasnya di waktu lalaran tersebut.
Selain kegiatan lalaran yang diadakan ba’da maghrib, ada juga lalaran yang diadakan usai kegiatan Diniyyah, atau sekitar pukul 11.30 WIS. Kegiatan lalaran malam ini juga rutin diadakan setiap malam Selasa. Namun bedanya, lalaran dilakukan di satu tempat yaitu masjid lantai satu sebelah barat. Dan pesertanya bergiliran sesuai tingkatan masing-masing. Namun terkadang hanya kelas 3 ula, 4 ula dan tingkat wustho saja mengikuti kegiatan tersebut.
Kagiatan lalaran malam itu yang dibacakan adalah nadhom Al-Fiyyah, tak ayal peserta didominasi oleh siswa tingkat wustho. Namun ada juga siswa kelas empat ula yang terlihat malam itu. Dengan dipandu langsung oleh anggota ITMAM, yang nota bene sudah hafal keseluruhan nadhom, para peserta begitu bersemangat mangikuti kegiatan tersebut. Kegiatan lalaran seperti ini dilakukan semata-mata agar hafalan yang sudah mereka hafalkan tidak mudah hilang atau lupa.
Dalam awal lalaran yang di pandu oleh sejumlah anggota Itmam Madina tepatnya pada malam Selasa kian menjadikan peserta yang hendak lalaran menjadi semangat 45 mungkin karena yang memandu sudah hafal dan sebagian sejumlah siswa dari kelas 4 ula menjadi bersemangat untuk menyemak dan semangat tetap bersuara, hal ini juga menjadi perhatian penuh dari sejumlah santri yang sedang melihat kegiatan lalaran tersebut.
Hal ini yang paling beda dari yang telah di lakukan pada minggu kemarin sejumlah santri tingkat wustho yang pada waktu lalaran hanya sebagian orang saja yang mengikuti, dikarenakan tepatnya dengan hari kemerdekaan banyak yang menjadi pengurus asrama mengikuti kumpulan pada malam itu, tutur sebagian santri. Namun hanya sebagian santri yang bersemangat dengan alasan agar hafalannya tidak gampang lupa dan targetnya untuk segera selesai. (viv)