div align=centerSaatnya Banyuwangi Menjadi City Of Journalistdivdiv align=centernbspdivdiv align=centeruOleh:Asngadi Rofiq udivdiv align=centernbspdivimg style=margin-right: 13px src=http:4.bp.blogspot.com-vLhJ5cLi8XQUn3d0_1jqpIAAAAAAAADQ0m3xn7wGw4Tss320page3.png border=0 alt= width=313 height=320 align=left Dewasa ini kerap kali Banyuwangi melakukan gebrakan yang sangat luar biasa sekali seperti suksesnya Bumi Blambangan ini menjadi kota Digital Society pertama di Indonesia Banyuwangi Tour De Ijen (BTDI) Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) Festival Paju Gandrung Sewu kemudian anugrah Piala Adipura yang langsung diberikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudoyono juara Lomba Penanaman Satu Miliar Pohon tingkat nasional dan masih banyak lagi. Nah kali ini akan semakin berwarna lagi corak Banyuwagi itu jika Kota Gandrung ini ke depan tidak hanya dijuluki sebagai sunrise of java saja akan tetapi ke depan Banyuwangi bisa dikenal sebagai City of Journalist (kota jurnalis) sehingga Banyuwangi bisa menjadi karantina bagi siapa saja yang ingin menggali ilmu jurnalis.divbr Apa yang saya tulis di awal paragraf bukan merupakan sebuah hal yang mustahil (imposible) tapi impian Banyuwangi untuk menjadi City of Journalist (kota jurnalis) ini merupakan sebuah himmah yang sangat bisa diwujudkan. Kenapa saya dengan rasa percaya diri (optimis) bisa mengatakan seperti itu? Di PP. Darussalam Blokagung Karangdoro Tegalsari Banyuwangi tempat dimana saya bermuqim ada sebuah organisasi ektra kurikuler bertajuk redaksi. Dalam kegiatan ekstrakurikuler ini ada beberapa formulasi redaksi yang mencangkup beberapa pilar yakni redaksi koran redaksi majalah dan redaksi wall magazine yang kemudian dari ketiga formulasi redaksi ini diakumulasikan dalam satu lembaga bernama MKD (Media Kepenulisan Darussalam). Selama kurang lebih 5 tahun MKD terus melakukan action-nya hingga exis sampai sekarang ini padahal aktivitas santri PP. Darussalam Blokagung Banyuwangi dalam satu hari penuh sangatlah padat jadi mulai kegiatan Sholat Shubuh berjamarsquoah sampai tidur kembali pukul 00.30 WIB semua santri disibukkan dengan kegiatan formal dan nonformal. Nah dalam kondisi yang super padat tadi ternyata santri Blokagung sebutan santri PP. Darussalam masih mampu bergerak dalam dunia jurnalistik. Maksud saya adalah kalau di pondok saja mampu secara apik melakukan hal itu maka sangat bisa sekali bila lembaga pendidikan yang ada di luar bisa beraktifitas jauh lebih baik lagi di bidang jurnalistik mengingat kegiatan di luar aktifitasnya lebih sedikit.divUntuk langkah awal yang strategis adalah dengan memanifestasikan anak didik putra-putri Banyuwangi sebagai kadernya. Kenapa harus mereka? Hal itu dikarenakan psikologi anak didik masih sangat ideal bila diajak untuk menjajal sesuatu yang baru. Dengan arahan dan cara yang tepat hal ini bisa dijadikan sebagai langkah yang tepat untuk menghasilkan para generasi penjurnalis yang handal. Tidak hanya itu saja setelah saya mensurvei beberapa sekolahan dan saya kenalkan dunia jurnalis ternyata kesemangatan seorang pelajar benar-benar sangat efektif jika nantinya merekalah yang dijadikan cikal bakal Banyuwangi bisa menjadi ikon City of Journalist . Jadi mulai dari jenjang Sekolah Dasar (SD) anak-anak sudah diajak untuk belajar menjadi seorang jurnalis semisal dengan anak-anak berwawancara dengan orang-orang disekitarnya hal itu tentu tidak lepas dari bantuan gurung yang terus membimbimbingnya.br Sekarang apakah seorang anak yang masih tingkatan SD bisa diajak untuk melakukan aktivitas jurnalistik? Saya katakan bisa! Saya teringat saat mengikuti LSDP (Liburan Sastra Di Pesantren) di Jogjakarta sebuah acara yang diselenggarakan oleh Komunitas Mata Pena yang kebetulan saat itu panitia mengundang D. Zawawi Imron salah satu tokoh Sastrawan Nasional. Saat itu saya melihat seorang anak kecil yang masih sekolah SD secara terang-terangan berwawancara dengan tokoh sastrawan darah Madura itu sementara di dekatnya ada seorang pendamping dari si anak tadi yang bertugas mengambil gambar dan merekam pembicaraan mereka. Jadi setelah melihat pengalaman itu usia anak SD berarti sudah bisa diajak untuk belajar berjunalis.br Radar News Competition (RaNCo) sebuah ajang yang digelar oleh Radar Banyuwangi untuk pelajar SMAsederajat untuk menjadi seorang jurnalis. Dalam RaNCo itu Para peserta diminta menjadi wartawan dadakan dan menulis satu halaman koran yang berikutnya halaman koran tersebut akan diterbitkan dalam Harian Radar Banyuwangi. Hal itu sangat bagus sekali sementara di dekatnya ada seorang pendamping dari si anak tadi yang bertugas mengambil gambar dan merekam pembicaraan mereka. Jadi setelah melihat pengalaman itu usia anak SD berarti sudah bisa diajak untuk belajar berjunalis.br Radar News Competition (RaNCo) sebuah ajang yang digelar oleh Radar Banyuwangi untuk pelajar SMAsederajat untuk menjadi seorang jurnalis. Dalam RaNCo itu Para peserta diminta menjadi wartawan dadakan dan menulis satu halaman koran yang berikutnya halaman koran tersebut akan diterbitkan dalam Harian Radar Banyuwangi. Hal itu sangat bagus sekali SMP sederajat bahkan para mahasiswa yang ada di bumi Blambangan pasti dengan hal itu akan memacu munculnya generasi penjurnalis handal di kota yang sekarang dikepalai oleh Bapak Abdullah Azwar Anas M.Si ini. br Apakah mereka tidak kesulitan? Tidak Mereka akan menjadi sulit karena tidak pernah melakukannya dan masih kurangnya bimbingan dan arahan. Pembelajaran dalam berjunalis sangat mudah sekali dengan menggunakan medan sekolah sebagai lapangan mencari berita. Para pelajar hanya diberi modal ilmu 5 W dan 1 H (What (apa) Whose (siapa) Why (mengapa) Wen (kapan) Where (dimana) dan Haw (bagaimana). Mereka bisa berwawancara dengan para guru-guru dan teman-temannya bahkan kepada tukang pentol atau penjual jajanan yang biasanya berjualan di sekitar sekolahannya. Dan satu hal lagi yang paling penting adalah jangan membuat para murid itu bingung terhadap apa yang mereka lakukan karena hal itu akan membuat mereka bosan dan tidak mau lagi melakukan kegiatan yang sama lagi jadikan aktivitas ini menjadi kegiatan hiburan bagi anak-anak. Seorang pembimbing hanya bertugas memantau dan mengarahkan kerja siswa yang bertugas sebagai wartawan itu selanjutnya setelah anak-anak selesai berwawancara dan menulis beritanya baru kemudian pembimbing menata kembali bahasa yang kurang tepat kemudian hasil kerja murid dan hasil yang sudah diedit disodorkan kepada murid tanpa tidak sedikitpun menyalahkan si murid berikan sedikit saja keterangan bila tearjadi kesalahan. Terus beri pujian sebagai apresiasi terhadap pekerjaan murid dan terus beri pemahaman kepada mereka sedikit demi sedikit.br Belajar kejurnalistikan yang ditujukan kepada anak Banyuwangi ini sangat proporsional sekali jika akhirnya ke depan mereka akan menjadi penjurnalis yang tangguh dan handal. Mereka akan cepat tanggap membaca situasi dan kondisi masyarakat. Dengan kata lain suatu saat generasi Banyuwangi benar-benar akan bisa mengangkat cita Banyuwangi di Bumi Pertiwi ini bahkan bukan tidak mungkin kalau anak-anak Banyuwangi ke depan akan menjadi generasi baru yang akan membawa Indonesia Raya di kancah internasional menjadi Negara yang lebih tangguh lagi. br Nah kalau sudah melihat seperti itu apa yang saya catat dalam muqoddimah awal tadi bahwa Banyuwangi akan menjadi ikon City of Journalist adalah sebuah himmah yang sangat mungkin. Jadi Ayo! Sukseskan Banyuwangi sebagai ikon City of Journalist .**1)