RMI memang telah selesai. Namun dibalik itu semua ada sebuah cerita menarik dari perjalanan seorang juara. Seorang anak yang tinggal disebuah desa yang cukup jauh dari perkotaan. Namun, daerah itu pula yang menjadi tujuan dari sebagian besar pemuda pemudi Nusantara. Blokagung, itulah sebuah daerah yang dimaksud. Tempat berdirinya Ponpes Darussalam. Tempat dimana mbah KH. Mukhtar Syafa’at merintis sebuah lembaga pendidikan yang hingga kini masih tetap eksis dan diharapkan tetap berjaya sampai hari kiamat nanti.

Muhammad Akhwan Rosyadi yang tinggal tidak jauh dari pesantren, kini menjadi sosok yang sangat dibanggakan. Ia bukan putra kyai ataupun pangeran dari sebuah kerajaan. Ia adalah pemuda yang selama ini tinggal di Desa Karangdoro Dusun Blokagung. Setiap hari langkahnya selalu ditujukan untuk menuntut ilmu yang diwariskan Mbah Kyai Syafa’at. Tempat tinggal yang dekat dengan lembaga pendidikan tidak membuatnya merasa minder pada mereka yang berasal dari jauh.

Sosok yang sulit dibedakan jika bersama dengan saudara kembarnya ini juga merasa bahagia ketika bertempat tinggal tidak jauh dari Pesantren. “ seneng rasanya tinggal di lingkungan pesantren” ungkapnya (26/5).

Akhwan yang kini duduk di kelas empat ula Maddin Al-Amiriyyah juga mengatakan bahwa selalu belajar setelah sholli-sholli. Waktu yang sangat tepat untuk belajar. Namun, tidak semua orang mempunyai kebiasaan seperti dirinya. Memang banyak santri dan juga kaum muda yang tidak tidur hingga pagi. Namun, sebagian besar mereka malah menggunakan waktu tersebut untuk bergadang, cangkruk, ndopok dan lain sebagainya.

Perjalanan menuju panggung RMI tidaklah gampang. Sejak selesai liburan maulud, telah dilakukan penyaringan peserta lomba. Alhamdulillah Ahkwan diberi kepercayaan mewakili Darussalam dalam lomba baca kita Ta’limul Muta’alim. Tentu saja amanah ini diembannya dengan penuh tanggung jawab. “ saya terpilih mewakili lomba ini, ya mungkin karena saya lancar bacanya” tuturnya sambil tersenyum simpul. “ sejak selesai liburan Maulud, kami langsung dibimbing dalam mempersiapkan lomba itu” lanjutnya.

Santri yang satu ini juga mengaku bahwa hal yang tidak dapat dilupakan dalam perlombaan ini adalah ketika upacara pemberangkatan. Dalam acara itu, tentu saja banyak hal yang dapat diambil hikmahnya. Terlebih lagi do’a dari Dewan Pengasuh yang selalu menyertai Kontingen Darussalam. Tak lupa pula rekan santri yang selalu berdo’a demi keberhasilan peserta. “ kalau pesan oran tua, ya saya disuruh jaga kesehatan” katanya pada TIM MEDIS.

Perlombaan yang berlangsung di kecamatan Tegaldlimo Akhwan ikuti dengan baik. Hingga pada puncak kegiatan, panitia harus mengakui kemahirannya dalam baca kitab Ta’limul Muta’alim. Ia dinobatkan sebagai juara 1 baca kitab Ta’limul Muta’alim.

Hal diatas seharusnya menjadi teladan bagi kita semua. Terutama bagi santri yang berasal dari luar Banyuwangi. Kita harus semangat dalam menuntut ilmu.