Pavilium Gedung DPRD Pemkab Kediri – Kota Kediri menjadi saksi atas kegemilangan Lomba Nasional Essay Competition yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) yang bekerjasama dengan Ikatan Santri Nahdlatul Ulama (ISNU) Kediri. Lomba yang digelar dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional ini berhasil menarik partisipasi dari 85 sekolah dari seluruh penjuru Indonesia, Namun, hanya tiga sekolah yang berhasil menembus seleksi ketat tersebut dan melaju ke babak final.
MA Al-Amiriyyah, SMAN 1 Pamekasan, dan MAN 1 Kota Kediri menjadi sekolah-sekolah berprestasi yang berhasil mencuri perhatian para juri. Mereka berhasil memukau para juri dengan tulisan-tulisan berkualitas tinggi yang menggali bakat siswa dalam bidang literasi. MA Al-Amiriyyah, khususnya, memberikan perhatian khusus pada siswa yang memiliki minat tinggi terhadap dunia kepenulisan.
Lomba ini diadakan secara online mulai tanggal 10 November dengan batas waktu pengumpulan karya hingga 18 November. Pengumuman finalis yang lolos ke babak final diumumkan pada 25 November, dan acara puncak babak final serta pengumuman pemenang dilangsungkan secara offline pada 27 November di Pavilium Gedung DPRD Pemkab Kediri.
Salah satu peserta, yang mewakili MA Al-Amiriyyah, Saudari Siti Rahma Nur Fadilah mengungkapkan bahwa persiapannya mencakup penulisan dan penelitian selama seminggu sebelum batas waktu pengumpulan karya. Pengumuman lomba yang mendadak pada hari Kamis memberikan kejutan, memaksa peserta untuk mempersiapkan presentasi semalaman. Ia bahkan harus memperoleh izin untuk menuju ke Kediri, guru pendampingnya Ibu Zahrotul Mila juga turut membantunya, menunjukkan tingginya dedikasi terhadap lomba ini.
Peserta juga menghadapi juri yang memiliki tingkat keberadaan yang cukup tinggi, termasuk anggota DPRD, Ketua Syuriyah (Pengendali Utama) NU Kediri, dan juga seorang dosen. Kehadiran juri yang sangat berkualitas menambah tingkat ketegangan lomba, terutama karena mereka mengaku kaget mengetahui bahwa peserta merupakan santri yang berasal dari MA Al-Amiriyyah, karena kebanyakan peserta bukan merupakan santri .
Dalam esainya yang berjudul “Akulturasi Jihad Santri dan Teknologi: Menyelami Era Dakwah Digital dalam Konstelasi Abad 20,” memberikan harapan bahwa santri di era revolusi digital harus menjadi lebih melek terhadap teknologi. Teknologi, menurutnya, adalah bagian kodrati dari manusia, dan santri sebagai komponen keagamaan harus dapat berakulturasi dengan teknologi untuk menyebarkan nilai-nilai Islam bukan malah kolot pada teknologi atau dikuasai oleh teknologi tersebut.
Lomba ini tidak hanya menjadi ajang untuk menunjukkan bakat literasi, tetapi juga menjadi panggung bagi ide-ide kreatif dan pemikiran mendalam tentang peran santri di era digital. Selamat kepada MA Al-Amiriyyah, atas prestasinya. Semoga lomba ini menjadi inspirasi bagi para pelajar Indonesia untuk terus mengembangkan literasi dan berkontribusi pada perkembangan kebudayaan bangsa. (Nzf)