MUSHOLA – Dari jauh, ratusan santri tahfidzul quran terlihat menyemut memenuhi mushola An-Nur, Kamis pagi (25/08), yang lalu.
Santri yang semula berbaris berdoa pagi seperti biasa itu, kemudian bertolak menuju mushola An-Nur dalam rangka menyimak wejangan oleh salah satu pengasuh yakni Nyai Hj. Mahmudah Hisyam, kegiatan langka tersebut pun berlangsung hikmat. Wejangan diawali dengan kalimat hamdalah sebagai pembuka, yang kemudian dilanjutkan dengan beberapa nasehat penggugah jiwa. Dalam kalimatnya, beliau Ny. Hj. Mahmudah, dawuh, bahwa belia akan segera berangkat umroh dalam waktu dekat.
“Aku, ditawari umroh karo uwong, gelem pora? Yo gelem. Tak delok pasporku ijek.” Ujar beliau.
“Pokok seng tenanan, quran e diopeni seng tenanan, sok tak dungokne ko mekah kono!.” Lanjut beliau, yang kemudian disusul amin riuh yang terdengar segera dan berserobok bahkan sebelum gema terakhir kalimat beliau terdengar.
Suasana pun menjadi haru ketika beliau menuturkan, meninggal di Madinah di kota Rasul itu merupakan salah satu keinginan terbesar. Seakan menjadi sebuah perjumpaan terakhir, tak ayal, membuat beberapa kepala terlihat tertunduk, dan kelopak mata yang membasah.
“Yo sukur iso koyok mbah Maimoen. Ninggal neng kono”. Dawuh beliau.
Dalam pesannya, beliau mengingatkan agar selalu menjaga kalamullah dengan sungguh-sumgguh, ojo nganti ditinggal ora dideres, Qur’an adalah pemberian yang paling agung namun jangan lantas membuat jiwa merasa paling tersanjung.
“Wak dewe ki terah gowo quran tapi ojo rumongso dadi ahli quran. Sohabat seng sak solatan sak khataman ya Allah…, kita masih jauh to!?”
Dengan banyak manfaat yang bias dipetik, kegiatan yang berlangsung selama 2 jam tersebut berakhir. Kendati demikian, sebab berlangsung berkesan waktu terasa berjalan singkat.