AL-MULTAZAM – Semua perkara tak akan lepas dari yang namanya hari lahir. Bahkan ada yang merayakannya dengan pesta, tasyakuran, atau acara yang lainnya. Tanggal 25 Agustus tahun ini tak terasa Asrama Al Multazam telah mencapai usia yang ke satu tahun.
Untuk memeriahkan ulang tahun ini, pengurus asrama mengadakan berbagai perayaan mulai dari perlombaan, pengajian akbar, dan yang pasti mayoran, serta perayaan dirgahayu republik indonesia yang ke-73 karena ulang tahun ini juga bertepatan pada bulan agustus.
Setelah semua perlombaan tuntas, kemarin malam telah sampai pada puncak acara yakni pengajian akbar yang nantinya tumpeng Hari Jadi Multazam (HARJAMU) akan dipotong dan pelepasan balon. Tema yang diambil pada HARJAMU pertama kali ini adalah ethnic traditional zaman old.
Sehingga yang ada disana semuanya nuansa tradisional. Panggung didesain seperti rumah zaman dahulu. Beratapkan daun kelapa dan bertiangkan pohon bambu. Background dari guntingan huruf-huruf tak jauh beda saat zaman masih belum ada banner.
Tak hanya itu, Di mana-mana terdapat lilin-lilin yang mengisahkan kehidupan malam masyarakat Indonesia terdahulu yang tidak mengenal lampu. Para tamu undangan duduk pada kursi yang bermejakan bentuk bundar bagaikan masyarakat dahulu yang tengah berkumpul bersama menyaksikan sajian penampilan di acara tertentu seperti upacara adat dan lain sebagainya.
Acara puncak dimulai kemarin malam (23/8) ba’da isya’. Diawali dengan sambutan bapak ikhsan jawazi selaku kepala sekolah SMP plus Darussalam. Selanjutnya penampilan-penampilan dari warga asrama. Penampilan ini dimulai dari kelas satu yang menampilkan tarian asal kalimantan yakni gemu famire.
Kelas dua menampilkan kreasi musik dengan tema ulang tahun asrama. Dari kelas tiga menyajikan musikalisasi puisi juga bertemakan HARJAMU dan HUT RI ke 73. Setelah selesai, sambutan dari musyrif asrama al multazam Agus H. Fakhry Aly.
Terakhir adalah pengajian akbar oleh KH. Jabir Muda. Dalam Pengajian tersebut, beliau berpesan “Dengan sampainya usia asrama yang kesatu tahun ini, semuanya harus lebih baik. Orang yang menuntut ilmu itu jangan lepas dari enam aspek yang ada pada kitab ta’limul muta’alim. Yakni limpat, loba, sabar, ono sangune, manut piwulange guru, dawa mangsane”. (cay)