:: 62 8000 xxx mading@mading.ciuss
Info Sekolah
Jumat, 19 Apr 5844
  • Tema Mading dapat menampilkan informasi dalam text berjalan
  • Tema Mading dapat menampilkan informasi dalam text berjalan
7 Desember 2013

Tiga Pilar Agama

Sab, 7 Desember 2013 Dibaca 15x Karya Santri

div align=centeroleh : cak sunbr divAswaja Jaminan Surga adalah judul tema edisi pertama pada bulan lalu bukan berarti lantas menjadikan kita yang merasa sebagai golongan sunni (ahlusunnah wal jamaah) golongan mayoritas jalan para ulama dan golongan assawdul adzom pengikut para ulama yang lurus menegakan sunah nabi dan para sahabat (al-asariyah dan al- maturidiyah) menjadikan rasa ujub takabur sudah cukup amalnya merasa paling aman dan lain sebagainya karena pada hakikatnya sifat ujub (bangga diri) merasa sebagai ahli surga merasa amalnya sudah cukup adalah sifat-sifat yang terlarang dalam agama dan juga bukan sifat-sifat yang mencerminkan golongan ahlusunnah akan tetapi yang perlu dicermati adalah merasa yakin bahwa hanya agama islam yang paling benar bahwa sabda nabi tidak pernah berisi dusta yg mana aswaja dalam hadist tersebut betul-betul mendapat jaminan surga dan 72 golongan yg lain di neraka menurut kontek hadis adalah perkara yang wajib kita tanamkan dalam lubuk hati yang paling dalam sehingga merasa ragu dengan tunggalnya kebenaran agama islam ragu dengan sabda nabi yang diejawentahkan oleh para alim ulama adalah menyeret kepada kesesatan bahkan kekufuran sebab kesepakatan para ulama yang lurus di atas kebenaran juga bagian dari perintah nabi dan mentaati nabi berarti mentaati Allah dan begitu juga sebaliknya yang pada akhirnya kewajiban kita sebagai manusia adalah menjalankan seluruh perkara yang diwajibkanya dan menjauhi seluruh perkara yang diharamkanya. Bicara tentang kewajiban dan larangan tentu saja tidak mungkin dan tidak lain semuanya sudah termaktub dalam ayat-ayat suci beserta hadis-hadis nabi yang jumlahnya mencapai ribuan sehingga tidaklah mungkin kita sebagai orang awam akan faham dan mengerti kecuali mengikuti apa yang sudah dirumuskan oleh ulama-ulama salaf kita.br Berangkat dari sebuah hadist yang diriwayatkan oleh sayidina umar bahwa Pada suatu hari kami berkumpul bersama Rasulullah SAW tiba-tiba datang seorang laki-laki yang bajunya sangat putih rambutnya sangat hitam. Tidak kelihatan tanda-tanda kalau dia melakukan perjalanan jauh dan tak seorangpun dari kami yang mengenalnya. Laki-laki itu kemudian duduk di hadapan Nabi SAW sambil menempelkan kedua lututnya pada lutut Nabi SAW. Sedangkan kedua tangannya diletakkan di atas paha Nabi SAW. Laki-laki itu bertanya Wahai Muhammad beritahukanlah aku tentang Islam. Rasulullah SAW menjawab Islam adalah kamu bersaksi tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah mengerjakan shalat membayar zakat puasa pada bulan ramadhan dan kamu haji ke Baitullah jika kamu telah mampu melaksanakannya. Laki-laki itu menjawab Kamu benar. Umar berkata Kami heran kepada laki-laki tersebut ia bertanya tapi ia sendiri yang membenarkannya. Laki-laki itu bertanya lagi Beritahukanlah aku tentang Iman. Nabi SAW menjawab Iman adalah engkau beriman kepada Allah malaikat-Nya kitab-kitab-Nya para rasul-Nya hari kiamat dan qadar Allah yang baik dan yang buruk. Laki-laki itu menjawab Kamu benar. Kemudian laki-laki itu bertanya lagi Beritahukanlah aku tentang Ihsan. Nabi Muhammad SAW menjawab Ihsan adalah kamu menyembah Allah seolah-olah kamu melihat-Nya jika kamu tidak mampu melihat-Nya maka sesungguhnya Ia melihatmu…divbr Kemudian orang itu pergi. Setelah itu aku (Umar) diam beberapa saat. Kemudian Rasulullah SAW bertanya kepadaku Wahai Umar siapakah orang yang datang tadi? Aku menjawab Ihsan adalah kamu menyembah Allah seolah-olah kamu melihat-Nya jika kamu tidak mampu melihat-Nya maka sesungguhnya Ia melihatmu…divbr Kemudian orang itu pergi. Setelah itu aku (Umar) diam beberapa saat. Kemudian Rasulullah SAW bertanya kepadaku Wahai Umar siapakah orang yang datang tadi? Aku menjawab musnad ahmad baihaqi dll)divDari hadits diatas dapat ditarik benang merah dan sesuai dengan apa yang dikemukakan beberapa ulama bahwa muara dari agama yang dibawa Nabi SAW ialah akan kembali kepada tiga garis besar yaitu Iman Islam dan Ihsan. Yang kesemuanya telah di jabarkan dalam ribuan ayat dan hadis nabi dan harus dilaksanakan secara utuh dan menyeluruh sebab Tiga hal tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Iman menyangkut dimensi ketauhidan kepada Allah yang pada perkembangannya melahirkan Ilmu Kalam Tauhid. dan Perhatian khusus pada aspek Islam kemudian melahirkan Ilmu fiqih atau Ilmu Hukum Islam yang dimana ilmu fiqih menitikberatkan pada dimensi ibadah lahiriah. dan Sedangkan Ihsan yang berkaitan dengan dimensi rohaniah (akhlak) untuk saat sekarang lebih dikenal dengan Ilmu Tasawuf. Jadi baik ilmu tauhid fiqih tasawuf ketiganya wajib dipelajari secara utuh sebagaimana contoh sebaik apapun seseorang dan sebanyak apapun kebaikanya bila tauhid atau imanya salah (tidak iman kepada allah dan nabinya serta segala sesuatu yang berhubungan dengan hal tersebut yang hal ini dibahas dan di uraikan secara panjang lebar oleh para ulama-ulama salaf kita) maka tiadalah berguna amal baiknya di akirat kelak. Begitu juga ilmu fiqih dan tasawuf sebagaimana ungkapan imam malik pendiri madzhab maliki menyatakan barang siapa yang hanya fiqih tanpa tasawuf adalah orang fasiq dan tasawuf tanpa fiqih adalah kafir zindiq. Waallahu alam.1)