:: 62 8000 xxx mading@mading.ciuss
Info Sekolah
Sabtu, 18 Apr 0640
  • Tema Mading dapat menampilkan informasi dalam text berjalan
  • Tema Mading dapat menampilkan informasi dalam text berjalan
19 November 2012

Santri Harus Siap Mengimbangi Zaman Dengan Keilmiahan Modern

Sen, 19 November 2012 Dibaca 9x Lain-Lain

nbspnbspnbspnbspnbspnbspnbspnbspnbspnbspnbspnbspnbspnbspnbspnbspnbspnbspnbspnbspnbspnbspnbspnbspnbspnbspnbspnbspnbspnbspnbspnbspnbspnbspnbspnbspnbspemnbspnbsp Penulis:Asngadi Rofiq embr divnbspdivRoda kehidupan akan terus berjalan yang kecil akan menjadi besar yang muda akan menjadi tua. Semua akan berganti pada saatnya itulah kodrat alam. kepemimpinan atas kekuasaan suatu saat akan berakhir akan menjadi bencana seandainya para kandidat yang akan menggantikan posisi pemimpin mempunyai akhlak yang buruk batin yang tidak pernah mengenyam pendidikan hanya mementingkan pendidikan formal saja. kalau itu yang terjadi jangan heran kalau nanti banyak para korupsi-korupsi ulung yang terus berkembang biak di daerah itu.divbr Santri merupakan generasi penerus kholifah islamiyah yang benar-benar sangat di harapkan. Itu karena santri adalah anak-anak orang muda bahkan orang tua yang sedang mencari ilmu kepada seseorang kyai atau ustadz yang alim dengan cara bermuqim atau bertempat tinggal di pondok. Di dalam pondok pesantren ini mereka dicetak dengan sangat mengedepankan pendidikan pengetahuan agama. Tidak hanya mengkaji keilmuannya saja para santri dituntut agar mampu mengimplementasikan keilmuan agamanya lewat sikap perilaku di kehidupan sehari-harinya.divbr Keeksistensian tersebut sudah menjadi hal yang lumrah dilakukan para santri. contoh kecil dalam pembelajaran ada pembahasan tentang penting seseorang itu untuk bersabar pasrah (tawakkal) dan menerima (qanarsquoah). disinlah mereka mengaplikasikanya dengan hanya tidur di lantai makan seadanya bahkan ada yang ikhlas berpuasa bertahun-tahun demi untuk mencoba menanamkan nilai sifat ketidak rakusannya terhadap dunia. padahal tidak sedikit para santri itu adalah anak dari orang yang punya atau bahkan elit. dengan hal semacam inilah diharap para santri nantinya bisa membentuk dirinya menjadi diri pribadia yang baik unggul dan bisa dijadikan percontohan (uswatun hasanah).divbr Melihat tinjauan realitas di lapangan terbukti meskipun para santri seringkali diidentikan sebagai sosok seseorang yang jorok kumal tubuh berkadas dan gudik (penyakit gatal-gatal pada kulit) setelah mereka pulang ke daerah asal arek-arek pondok justru mendapat sambutan hangat dari masyarakat. Dengan pola pendidikan ala Pondok pesantren masyarakat menyebut anak yang selesai menyantri di pondok pesantren sebagai sosok manusia serba bisa. Kenapa demikian? Itu terjadi karena seringnya santri dulu berangkat ke pesantren untuk menggali ilmu agama dengan hanya bermodal niat dan nekat. Artinya dengan keterbatasan biaya yang tidak memadahi mereka tetap berangkat dengan keyakinan. Dan sangat logis sekali jika di dalam pondok pesantren mereka mengukir sejarah mencari ilmu dengan kesengsaraan dan susah payah. Mereka banting tulang agar di dalam pengkarantinaan itu bisa menyambung hidup dan bisa terus belajar agama. Mereka mencari sumber kehidupan sendiri tidak jarang para santri bekerja keras pagi sampai siang tidak diberi uang tapi hanya diberi sepiring nasi dan itu pun mereka terima dengan ikhlas dan lapang dada. Mereka bekerja serabutan jadi buruh tani buruh bangunan dan buruh-buruh yang lain. Kemudian jika sudah benar-benar kehabisan makanan mereka harus memakan makanan yang tak layak konsumsi atau bahkan tidak layak dimakan sama sekali. Sebuah pentirakatan yang sangat menyensarakan. Makanya tak ayal dengan keterbiasaan mereka menyambung hidup dengan berbagai macam pekerjan itu membuatnya setelah terjun di masyarakat mereka menjadi sosok seseorang yang mandiri yang tak gampang goyah.divbr Riadhoh itulah bahasa akrap yang sering digunakan santri untuk mentirakati ilmu yang dikajinya dengan harapan agar ilmu yang didapat bisa bermanfaat barokah di dunia dan di akhirat. Riadhoh merupakan proses mengendalikan nafsu agar dalam belajar mancari ilmu diberikan terang hatinya dan apa yang dicita-citakan mudah tercapai. Aktifitas seperti riadhoh ini sering kali mereka lakukan dengan terlebih dahulu meminta ijazah (amalan-amalan tirakat) kepada sang kyai ustadz atau biasanya juga dari kyaiustadz sendiri yang langsung memberikan kepada para santrinya agar bisa diamalkan. Doktrin seorang santri yang dijuluki manusia serba bisa inilah yang menjadikan santri harus benar-benar tangguh setelah mereka keluar dari pesantren. Dan benar sekali tidak hanya satu atau dua orang saja yang mengaku bahwa kesuksesan-kesuksesan yang mereka peroleh salah satunya adalah dengan mentirakati ilmunya. Tidak tanggung-tanggung ada santri yang puasa tahunan ada yang satu tahun dua tahun tiga tahun dan terkadang ada juga yang sampai puasanya dilanjutkan sampai ketika sudah kembali kerumahnya padahal di pondok sudah berpuasa bertahun-tahun. Ada lagi yang tirakat model puasa moteh (tirakat puasa yang hanya boleh makan nasi dan air ) puasa ngrowot ( puasa tidak makan nasi) puasa ndawud ( sehari puasa sehari tidak) dan masih banyak lagi jenis tirakat-tirakat santri lainnya. Sebenarnaya tirakat santri bukan itu saja padahal di pondok sudah berpuasa bertahun-tahun. Ada lagi yang tirakat model puasa moteh (tirakat puasa yang hanya boleh makan nasi dan air ) puasa ngrowot ( puasa tidak makan nasi) puasa ndawud ( sehari puasa sehari tidak) dan masih banyak lagi jenis tirakat-tirakat santri lainnya. Sebenarnaya tirakat santri bukan itu saja santri sekarang jauh lebih ketinggalan daripada santri dulu begitu juga kesengsaraan mereka dalam mencari ilmu sangat jauh. Sangat menyedihkan sekali santri sekarang lebih memprioritaskan keunggulan keintelektual otaknya saja. Dalam hal pelajaran santri klasik (dulu) sangat lambat sekali kefahamannya dengan pelajaran yang disampaikan ustadznya saat mengajar. Malahan ada yang mungkin dibilang sangat konyol santri justru sembunyi-sembunyai membaca Dalailul khoirot (sebuah wirid santri untuk mentirakati ilmunya) saat ustadznya mengajar daripada fokus terhadap pelajarannya. Tapi Justru itu yang kemudian di masyarakat dimanfaatkan ilmunya. Sementara santri sekarang mereka mempunyai kemampuan berfikir yang luar biasa faktor ekonomi pun sangat mencukupi bahkan tidak sedikit santri yang kemampuannya sampai melampaui ustadznya. Dan mungkin inilah yang menjadi bomerang bagi apa yang mereka miliki terancam kemanfaatan dan kebarokahan ilmu hilang karena merasa lebih unggul dari gurunya. Terbukti sekali sebagian besar mereka yang mempunyai keintelektual tinggi di pesantren pulang di kampung halamannya justru kegunaaan ilmunya atau dengan kata lain kemanfaatannya itu tidak ada. Seringkali pemberian karunia Allah berupa kecerdasan yang luar biasa membuat mereka meremehkan ilmu karena beranggapan mereka sudah bisa dan menguasai. Dan tidak sedikit juga dari mereka mereka sampai menyepelekan ustadzkyainya lantaran merasa telah bisa mengalahkannya padahal salah satu dari jalan mendapat kemanfaatan dan kebarokahan ilmu adalah hormat terhadap ilmu dan kepada para kyaiustadznya. divbr Santri Harus Siap Mengimbangi Dengan Keilmiahan divbr Dari tadi selalu disinggung differensiasi antara santri klasik (dulu) dengan sekarang (modern). Modern di sini dalam arti mereka hidup pada zaman modernisasi. Dari fenomena inilah santri sekarang benar-benar dituntut untuk juga mengetahui ilmu umum. Dan mungkin tak hanya sekedar tahu saja santri bahkan mungkin diharap bisa menguasainya sehingga disamping mendapatkan keilmuan agama yang matang mereka juga mahir akan pengetahuan umum. Oleh karena itu santri tak cukup fanatisme agama saja tapi santri harus siap mengimbangi zaman dengan keilmiahan moderen. Santri adalah calon generasi penerus yang sangat diharapkan oleh masyarakat untuk menghidupkan dan mempertahankan agama islam. Demikian pula santri sekarang dituntut untuk berdarsquowah ditengah-tengah masyarakat yang mempunyai intelektual branding (otak intelek) yang sangat kritis. Masyarakat sekarang tidak bisa hanya diberitahu ini yang haq (benar) dan ini yang batil (salah). Mereka menuntut dalil-dalil atau referensi dari ketentuan yang diberikan kepadanya. Dan tidak Cuma itu terkadang mereka juga masih menimbang-nimbang apakah itu bisa dilogikakan apa tidak. Sehingga santri disamping mendalami ilmu keagamaan juga harus dibarengai dengan pengetahuan umum sebagai bekal kelak saat terjun di masyarakat nanti sehingga bisa digunakannya untuk mengantarkan ilmu keagamaannya. divbr Jadi sekarang wajibkah santri untuk masuk dalam pendidikan umum? Wajib. Tidak ada alasan anak menjadi bodoh dengan alasan tidak sekolah karena tidak ada biaya. Sekarang pemerintah sudah mengadadakan sistem belajar wajib sembilan tahun. Seandainya santri nantinya setelah mereka selesai sekolah wajib sembilan tahun dan mereka tidak bisa melanjutkan sekolahnya ke jenjang selanjutnya lantaran benar-benar tidak punya biaya mereka juga tidak boleh untuk berhenti sampai di situ saja. Mereka terus dituntut untuk terus mengimbangi pengetahuan agamanya dengan pengetahuan umum. Kuwajiban berdarsquowah mereka sangatlah berat dibanding darsquowahnya orang zaman dulu. Kemampuan pengetahuann umum merupakan ujung tombak yang sangat penting dan berpengaruh sekali dalam darsquowah kepada masyarakat modern ini. Terkadang masyarakat sekarang juga terpengaruh yang namanya pangkat atau gelar. dan realitas dilapangan sekarang masyarakat akan lebih memperhatikan kumandangnya orang yang berpangkat atau bergelar daripada yang tidak. Maka dari itu santri harus mengobarkan semangat motivasi belajarnya sebab mereka akan benar-benar mendapat masalah besar seandainya mereka hanya belajar setengah-setengah saja karena setelah kembali ke kampung halamannya masyarakat akan menyambut mereka dengan prasangka baik (positive tinking) yang lebih dengan kealiman ilmu agamanya. Karenanya tak salh kalau ada yang bilang persiapkan kepintaranmu sebelum orang lain berprasangka baik atas kepintaranmu. divnbspnbspnbspnbsp1)

Artikel Lainnya