Syekh Atha as-Silmi dikenal sebagai guru mengaji yang tulus. Selain itu ia juga dikenal sebagai seorang yang pandai menenun pakaian. Sekali dalam seminggu ia membawa hasil tenunannya ke pasar untuk dijual. Syekh Atha as-Silmi sangat yakin bahwa tenunannya sangat apik dan tak ada cacat.divDi tengah hiruk-pikuk keramaian pasar kalimat tasbih dan tahmid mengiringi hembusan-hembusan napasnya. Tiba-tiba ada seseorang yang mendekat dan melihat-lihat pakaian tenunannya. Orang tersebut adalah seorang penjahit. Kemudian orang itu berkata Baju ini cukup bagus. Namun sayang ada cacatnya ini ini dan ini.Dengan tanpa kata Syekh Atha menyahut pakaiannya dari tangan orang itu. Kemudian dia duduk dan menangis terisak-isak. Orang itu bingung melihat Syekh Atha menangis. Namun penyesalan tampak di wajahnya atas apa yang diucapkan. Dia meminta maaf bila ucapan tadi melukai hati. Dan dia mau membeli tenunan itu berapa pun harganya.Kemudian Syekh Atha berkata Sebab yang menyebabkan aku menangis bukan seperti yang kamu kira. Aku telah bersungguh-sungguh menenun baju ini. Tenunan baju ini tidak seperti baju-baju lain yang telah aku buat. Aku membuatnya lebih halus lalu kemudian aku tambahkan keindahan di dalamnya. Setelah itu aku periksa dengan amat teliti untuk memastikan tidak ada cacat di dalamnya.Tapi ketika hasil tenunanku ini diperiksa oleh manusia terlihat ada cacat di bagian yang mana aku tidak menyadarinya. Lalu bagaimana nanti dengan amal-amal perbuatan kita tatkala diperiksa oleh Allah Zat yang Maha Tahu di Hari Kiamat nanti? Berapa banyak cacat dan dosa yang akan tampak dari amal ibadah kita dan itu yang tidak kita sadari!Kisah di atas menggambarkan bahwa orang yang bertakwa sangat sensitif dalam keimanan. Apa yang terjadi di hadapannya langsung mengetuk hatinya untuk ingat terhadap kebesaran dan kekuasaan Allah. Mereka sangat takut akan segala kekurangan ibadah kepada Allah. Mereka sangat sedih bila amal ibadah yang dikerjakannya selama ini terdapat kekurangan dan ketidaksempurnaan. Hal itu dapat menyebabkan berkurangnya pahala atau bahkan tertolaknya amalan yang dikerjakan. Jika itu terjadi niscaya sia-sialah amal ibadahnya.Imam Ibnu Jauzi menuturkan Ketakwaan dan keimanan akan mempertajam mata hati pelakunya. Apa pun peristiwa yang terjadi di sekitar ia akan dapat mengambil hikmah dan pelajaran darinya. Panasnya musim kemarau mengingatkan pada api neraka gelapnya malam mengingatkan gelap gulitanya alam kubur hawa sejuk dan indahnya musim semi mengilhami untuk mencari rezeki yang halal.Ketajaman mata hati hanya dapat diasah dengan taqarrub mujahadah dan bertawakal kepada Allah. Maka tidak heran jika ada beberapa alim ulama yang mampu menguak rahasia di balik peristiwa karena mereka memiliki mata hati yang tajam. _(Republika.co.id)br div1)